Sabtu, 01 November 2014

Karisma




Cinta itu abstrak, memang cinta itu sangat abstrak. Kita bisa mencintai apa saja, dan siapa saja. Tapi bagaiman dengan cinta yang berkualitas. Cinta itulah cintaku padamu. Allah sudah menyiapkan skenario yang terbaik untuk kita, kala itu gerimis membasuh kota. Aku lupa memabawa payung dari rumah, hanya mantel setelah turun dari motor aku bingung menuju ke ruangan kelas. Berdiri di pinngir parkiran berharap ada orang lewan dan membawa payung biar bisa ikutan. Lima menit berlalu belum ada juga. Aku memutuskan untuk menerobos hujan, saat kakiku mulai melangkah kau datang dan mengajakku ikutan berpayung daun pisang. Aku kaget kulihat getahnya masih menetes pelan dari ujung batang bekas potongan “hati-hati awas bajumu, nanti bernoda”. Aku masih saja tak percaya. Kok bosa, dia tahu aku ada di sini. Karisma namanya, temanku tapi dia anak berkebutuhan khusus yang mempunyai daya ingat yang tinggi. Entahlah ini cinta atau kagum, detak jantungku selalu tak karuan ketika dia dekat bersamaku, ketika dia mulai paham dengan apa yang kupikirkan.
Semakin hari rasa ini semakin bertambah. Pernah selama seminggu dia gak ngajar, dia ditawarkan kepala sekolah untuk nagajar matematika. Pada awalnya banyak guru-guru yang protes dengan usulan kepala sekolah ini. Karisma menunjukan kalau dia bisa, tahun ini perwakilan olimpiade nasioanal matematik tingkat SMP dari sekolah kami. Guru-guru yang semula menganggap remeh kemudian merasa bersalah. Karisma sakit, terkena gejala malaria dan selama dua hari harus dirawat di rumah sakit. Aku merasa sepi selama seminggu, aku rindu padanya, rindu dengan rasa yang berbeda.
Di shalat malamku aku berdo’a pada-Nya untuk menunjukan penjelasan pada rasa yang ku miliki. Tetap saja wajah Karisma yang ada dalam mimpiku. Esoknya dia  kembali aktif ngajar, hatiku merasa tenang saat melihat senyumnya. Ada apa denganku, bagaimanakah hari untuk masa depanku. Beberapa hari yang lalu ibuku entah kenapa tiba-tiba menanyakan kapan aku mau nikah, ku tepis jawaban ibu dengan senyum. Aku mendesah pelan. Kulalui hari-hariku dengan terus berdo’a pada Allah.
Ketika aku memilih untuk mengabaikan persaanku pada karisma yang ketika berbicara harus banyak menggerak-gerakkan tangannya, malah rasa ini semakin besar saja. Kucoba beranikan diri untuk bercerita pada ibuku tentang apa yang kurasakan. Jawaban ibu membuat aku manangis semalaman, ibu menyerahkan sepenuhnya padaku. Kata ibu Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hambanya. Kata ibu jika memang Karisma jodhoku, itulah pemberian Allah yang terbaik.
Beberapa hari ini aku memilih diam, dan sedikit berbicara ketika di kantor, kutepiskan candaan dari teman-temanku. Tiba-tiba Hpku berbunyi “kamu lagi mikirin apa? Bsok rabu aku dan ibu dan bapakku kerumahmu” . itu sms dari Karisma, jantungku bedegup kencang. Ada apa ini.  Senangkah, atau sedihkah, atau malukah.
Tibahlah malam itu, malam rabu, sesuai smsnya, Karisma bersama ibu dan ayahnya kerumah. Pembicaraan begitu singakat. Aku dilamar sama Karisma, dan ibuku menyetujuinya.
Tanggal 1 November 14 tepatnya hari ini, adalah hari pernikahan aku dan Karisma. Cinta itu abstrak, kita boleh mencintai apa dan siapa saja dengan cinta yang berkualitas.



1 komentar: