Sabtu, 08 Maret 2014

cahaya


aku dari negeri timur matahari, dan akan segerah kembali ke timur matahari. sudah ribuan hari aku pergi meninggalkan negeriku untuk mencari setitik cahaya. cahaya dalam kegelapan, menuntunku agar tidak jatuh, atau kesandung batu.
cahaya dalam kegelapanku, dari jejak-jejak langkah yang tegar, namun kadang juga merapuh. saat cahaya kian menjauh dalam pencarianku, kumerasakan jiwa telah pergi meninggalkan jasadku, hanya saja jasadnya bisa berjalan.
kenapa banyak cahaya yang menjauh dariku, hanya sebentar dekat denganku kemudian pergi. jauh entah dimana, aku dengan langkah lelahku mencoba terus mencarinya. cahayaku.. tisu di atas meja belajarku telah habis untuk mengusap deraian air mata karena kepergianmu. cahaya..

setelah sekian lama aku berpikir, sepertinya ada yang salah. iya cahaya itu adalah kita, dia dekat dan tidak pernah pergi. kala malam tiba bulan itu akan terliahat, iya.. karena malam. malam yang gelap telah membuat bulan itu indah. kekuatan cahaya terpancar dari kondisi yang berlawan dengan kita. cahaya tidak kemana cahaya tidak pergi, kita yang menjadi cahaya. cahaya dalam kegelapan..

lihatlah hanya dalam gelap bulan itu terlihata, bukan karena ada cahaya..
bulan adalah inspirasiku, darinya aku banyak belajar tentang hidup. tekadadang kita adalah cahaya. ketika kita bertahan dalam arus kehidupan kita adalah cahaya. dan ingatlah bulan tidak pernah mengeluh akan malam. kita kita harus mengeluh dengan pekatnya hidup.. itu sudah..




 aku mendesah pelan, tidaklah mudah untuk menjadi cahaya.


saat lampu kamarku padam, aku terdiam aku butuh cahaya untuk bisa belajar. ada lilin dan korek api dalam laci mejaku. ku ambil lilin sambil meraba-raba takut ada jarum menusuk tanganku. mataku masih terpejam, pelan-pelan kunyalakan, cahaya.. aku tersenyum. kuteruskan membaca buku hingga lilin itu tinggal sedikit karena mencair, kemudian mati. dan kembali gelap.. cahayaku..

aku duduk berpangku tangan, aku tak meneruskan lagi belajarku. lilin rela membakar dirinya untuk menghadirkan cahaya. lilinku.. kuambil tisu kuusap air mataku. kita adalah cahaya.. namun kita yang seperti apa untuk menjadi cahaya. bulan harus harus berada dalam gelap, dan lilin harus membakar dirinya. dan Aku.........???????

lilinkuuuuu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar