Senin, 03 Maret 2014

KAKTUS BERDURI SUCI

 Kala fajar menyisir di ufuk timur, cahaya kuning merekah menyapa dunia melambai sang malam, rembulan tersenyum, bintang memberi salam selamat atas insan, matahari melantunkan lagu suci 
menemani harapan dan cinta yang bergema dalam jiwa untuk menapaki duri-duri suci.

 ˜ ˜ ˜ ˜.˜ 
 Jantungku berdetak kencang, Keringat dinginku keluar, kulihat wajah tegang teman-teman, sesekali terdengar isak tangis teman-teman cewek dari ruangan kelas. Begitulah suasana saat pembagian amplop kelulusan ujian nasional. Sepuluh menit lagi para orang tua akan keluar dari ruangan pembagian amplop itu, membawa sebuah kertas yang bisa di bilang mukjizat akan nasib waktu itu.
 Alhamdulillah sesuatu sekali, saya lulus, ibuku dengan senyumnya yang hangat memberikan amplop itu padaku, kubuka amplop itu dengan deraian air mata, ku peluk tubuh ibuku, kurasakan alunan nafasnya yang berhembuskan nada-nada kebahagiaan. Ya ALLAH terima kasih. “Selamat ya kak Furqon.. kedua adikku mengahampiriku, sambil ku elus-elus rambut adik bungsuku. “iya dek makasi, “kalian harus belajar yang rajin supaya nanti bisa sukses. Aku anak pertama dari ketiga bersauda, kedua adikku cowok. Yang kedua sekarang duduk di kelas 1 SMA dan si bungsu masih duduk di bangku SD. Yang paling cantik di rumah adalah ibuku, karena satu-satu prempuan yang ada dalam rumah. Ayahku sorang pedagang biasa. Yang biasa berjualan di emperan pasar ikan. Membeli ikan-ikan dari para nelayan, dan menjualnya kembali. Bekerja rutin seharian di bawah terik matahari mengais rejeki, menafkahi keluarga. Awal bekerja biasanya pukul enam pagi dan pulang biasanya pukul emam sore atau pukul sembilam malam. Pulang dengan membawa sejuta senyum, seakan ingin menutupi wajah lelahnya. “Kamu lulus fur??? “Alhamdulillah iya pak aku lulus”. Anggukan dari goresan wajah lelahnya, membuatku tertunduk dalam hening, meresap dalam hati, apa makna dari anggukan itu? apakah itu sebuah ungkapan rasa bangga padaku, atau sebuah beban tersendiri buat ayahku, karena aku akan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Aku menghela nafas panjang, dan menghembusnya dalam-dalam, mulai detik ini aku bukan anak SMA lagi. Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa, wanita kuat yang penuh cinta, mengasihi dengan tulus suci, mulia dalam kesederhanaan. Musim angin bulan kemarin, ibuku rela mencuci pakean tetangga, ayahku tidak kepasar karena nelayan-nelayan berhenti melaut. Sangat susah mendapat ikan, dan di musim angin ayahku lebih sering kekebun mengurus tanaman. ibuku juga memenenun sarung Ende. Sarung ini biasa di pakai masyarakat Ende Flores NTT dalam pesta-pesta adat atau acara pernikahan. Begitulah pekerjaan kedua orang tuaku. Walaupun sangat sederhana tapi semuanya terasa indah untuk dilalui, karena keikhlasan itu lebih dari segalah-galanya 
“Anak-anak siapa yang cita-citanya ingin jadi tentara??? “Aku bu, “aku bu,. “Ya Furkan kamu ingin jadi tentara?? “Iya bu.!!!. itulah masa SDku, ketika pak guru atau ibu guru menyuruhku memperkenalkan diri dan apa cita-citaku, aku dengan semangat mengatakannya bahwa aku ingin menjadi seorang tentara. Ingin berperang membela negara, jika negaraku di jajah. Wahh cita-cita masa kecil, tapi aku memang benar-benar ingin jadi tentara, dan sekarang saatnya untuk mewujudkannya, karena aku sudah lulus SMA. “Bu.. iya nak ada apa?? “Bapak belum pulang?? “Belum.. tapi palingan bentar lagi. “Assalamualaikum.. “yahh itu bapakmu dah pulang. Malam itu malam terakhirku makan malam bersama keluargaku. Al.hamdulillah menu malam itu lengkap, mulai dari tahu goreng, tempe goreng, ikan goreng, dan yang paling saya senang yaitu sayur urap daun singkong. Rasanya sangat enak sekali, apalagi buatan ibuku. Kulihat Hizbullah adik keduaku tanpa suara sibuk dengan isi piring yang di pegangnya sepertinya dia benar-benar menikmati makanan malam itu. lain halnya dengan Salim dia sangat ribut.. “tempenya enak bu, tahu gorengnya mantap, ikan gorengnya lezat, sayurnya pas,.. kalau soal masak di rumah ini hanya ibu jagonya.. gak ada tandingannya hehehe.. “eehh dek ibu mau tanding sama siapa di rumah ini??? Jelas beda sendiri.. “hahaha betul sekali kak fur. “Ehh kalian ini kalau makan jangan ngobrol. “Malah ngobrolin ibu. Ibu tersenyum tipis, “ngobrol boleh saja, asal jangan berantam. Bapak ngeletus. Santelah pak bu.. “dari pada kaya kak Hizbullah kerjanya cuman diam aja. “Lho kok saya yang di bawa-bawa.. apa-apaan?? Hahaha suara tawa memenuhi ruangan makan malam waktu itu. disaat yang sama hatiku berdesir sepertinya ini kesempatan yang baik untuk menyampaikan keinginanku. Bismillah “ Paa.. buu furqon ingin jadi tentara!! Ucapanku menghentak suasana makan malam waktu itu. kuingat ekspresi wajah ayahku, tersenyum tipis, dan itu membuatku tertunduk menelan luda. Ibuku menepuk pundakku dan mengelus rambutku, tanpa ku tahu apa maknanya. Kedua adikku saling menatap kemudian tertawa. Usai makan malam kami sekeluarga duduk di baranda depan rumah sambil menatap rembulan yang sangat indah malam itu, “wahh bulannya bagus, sini dek Salim duduknya dekat kak Furqon, “gak mau Salim mau duduk dekat bapak sama ibu, akhirnya Hizbullah yang duduk di sampingku. Kenapa di tengah kumpulnya aku bersama keluargaku malam itu selalu terbesit keinginanku. Tapi setelah kuingat ekspresi ayahku tadi, saat di ruangan makan, aku takut tuk menyampaikannya kembali. Malam semakin larut, tepat pukul setengah sepuluh, larut oleh cerita ayahku tentang gunung iya dan gunung meja yang ada di kotaku Salim akhirnya tidur di pangkuan ibuku. Hizbullah masih asik memandang rembulan yang seiring larutnya malam semakin indah cahayanya, seakan tersenyum pada dunia. Adikku yang satu ini sangat pendiam sangat beda dengan adikku yang bungsu. Keduanya memang unik yang satunya kalem yang satnya rame, perpaduan yang pas aku sangat mencintai mareka. Kami masih di baranda, masih pengen duduk-duduk, ibu dan bapakpun masih belum ngantuk. Dan sepertinya saya harus mengatakan keinginanaku kembali. “Bismillah pak bagamana pak? Furqon ingin jadi tentara.. sepuluh menit berlalu tanpa suara dari kedua orang tuaku, Hizbullah sesekali menoleh ke arahku, aku kembali tunduk menelan luda.” Nak jika itu keinginanamu pergilah.. besok kebetulan ada jadwal kapal Ferri ke Kupang, jadi besok nak langsung berangkat ya.. suara bapakku itu menyapa lembut harapanku. Rembulan bukan hanya tersenyum padaku tapi ia bahkan bernyanyi lagu suci untuku, malam waktu itu bukan hanya menemaniku tapi ia juaga menari bersama hatiku. Ya ALLAH terima kasih semoga engkau meridhoi jalan ini. Do’aku dalam hati. Yuk kita masuk sudah malam, Fur kamu langsung kemas-kemas pakaianmu nak, iya bu,, akhirnya malam itu aku di temani Hizbulallah mengambil beberapa potongan baju di lemari lalu di masukan ke dalam tas ransel.” Kak..” kenapa dek? “Baju yang ini buat Hizbullah ya?? Buat kenang-kenangan. Biar aku selalu ingat kak Furqon. Hatiku berdesir, kata-katamu sedih sekali dek,, dengan mendungan air mata, akupun menjawabnya” boleh dek, ambil aja. “Makasi ya kak. ” iya sama-sama dek. “Dah bereskan kak? Kita tidur yuk. Tidurnya jangan kemalaman, kan besok mau berangkat. “Iya dek yuk tidur.. malam itu malam terakhir aku tidur bersama adikku, adikku yang sangat dewasa sangat berbeda dengan teman sebayanya. Anak yang penuh perhatian, tutur katanya lembut, selalu ramah dan suka senyum dengan orang-orang. Ku berbisik pada malam tolong sampaikan pada siang jangan cepat menjelang, karena aku ingin malam ini lama bersama adikku tercinta. Malampun tak menjawabnya. Dengan deraian air mata kutatap wajah adikku dalam lelep tidurnya. Matahari menyapa lembut, tepat pukul 06.00, ibu sudah mempersiapkan bekal-bekal untukku selama perjalanan di kapal. bapak sengaja menyuruh ibu untuk memotong ayam jagoannya, semuanya terasa spesial untukku. Hizbullah dan Salim malah udah dari tadi berpakaian rapi, Salim dengan gayanya yang sok deewasa memakai parfum, sisir serapi mungkin, bertanya kiri, kanan “ganteng gak?? “Ganteng gak?? Aku malah gak tau apa maksud adekku yang satu ini, seakan-akan nanti di pelabuhan ia akan bertemu dengan sang putri embun malam yang seperti ada di cerita-carita melayu klasik. Ayah menyuruhku berpamitan dengan tetangga. Tepat pukul 09.00 kami sekeluarga menuju ke kota, tepatnya di pelabuhan, di sinilah detik-detik terakhirku bersama yang berharga dalam hidupkku. Lima menit lagi kapal akan segera di berangkatkan, kedua adikku memeluk erat tubuhku, seakan tak ingin melepaskanku, kak Furqon cepat balik lagi ya kak. Iya dek Salim jangan nakal ya? Hizbullah berkali-kali melap air mata yang meleleh di pipinya. kucium kening bapakku, kurangkul tubuhnya, entah kenapa aku ingin terus memeluknya. Seaakan-akan ini yang terakhir, kurasakan detak kesedihan itu, kuhapus air mata ibuku dan kucium keningnya. “Paa,, buu,, dek,, Furqan pergi dulu ya.. “hati-hati nak jangan lupa shalat.. “iya pak,, bu,, kapal setengah mundur dari pelabuhan, hanya lambaian tangan buat yang berharga dalam hidupku. SELAMAT TINGGAL KELUARGAKU....!!! selamat datang mimpiku,,,!!! Kini menapaki jejek baru dalam hidupku, hanya mimpi yang menemani hari-hariku, balutan harapan terus merekat dalam hati ini, ketika wajah-wajah yang berharga dalam hidupku berjalan lintas dalam ingatanku. Al.hamdulillah YA ALLAH Tes tahap awal aku lulus, tapi uangku sudah habis buat bayar kos dan kebutuhan makan sehari-hari, aku tidak mungkin meminta kiriman dari orang tua, kini kurasakan betapa berharganya orang tua dalam hidup ini, betapa berharga tulusnya cinta kasih dari mareka, betapa hidup ini butuh perjuangan, untuk sebuah pilihan. “Mat apakah kamu punya informasi tentang lowongan kerja?? Mamat adalah teman kosku, yang sama-sama ingin menggapai mimpi, sama-sama rela tinggal di rantauan, tapi dia bukan asalnya dari Ende dia asalnya dari Lembata, beda kabupaten denganku, “ada-ada,, depan toko nusantara, dari kos kita, jalan ketemu perempatan belok kanan, kalau jalan kaki sekitar limabelas menitan. Emangnya kenapa coy??.. kamu mau sambil kerja, apa kamu gak kasian sama kondisi fisikmu? Kita harus tetap berstamina, agar bisa lolos lagi di tes-tes berikutnya coy. Aku tertunduk menelan luda, dalam hatiku mendesir, andai kau tau kawan, aku gak punya apa-apa sekarang. “Itusih kerjanya apa? “Kemarin ada temanku yang nyari orang untuk bantu-bantu kerja di bengkelnya, kalau kamu mau aku bisa kasih tau dia gimana? “Boleh Mat aku mau. “Kamu yakin mau sambil kerja Fur? Lumayan cape coy, mana kita harus latihan untuk tes lagi. “Gak apa-apa kawan Insa Allah aku kuat. “Ok sekarang aku sms dia. Sepuluh menit berlalu akhirnya balasan sms itu datang juga. Bahwa aku boleh bekerja di bengkelnya, dan kalau aku mau siang ini langsung ke bengkel, tapi kalau gak bisa sekarang, bisa besok mulainya. Tapi aku memutuskan sekarang langsung ke bengkelnya, biar langsung perkenalan. Siang itu aku ditemani Mamat. Berjalan selama limabelasmnitan akhirnya sampai juga. “Assalamualaikum Farid, “waalaikumsalam hai coy.. ini temanku. “Hai aku Furqon, “aku farid. Ohh ini dia Furqon yang mau kerja di bengkelku, juga ikutan tes sekarang bareng Mamat? “Iya bang. “Lho kenapa milih sambil kerja? Entah kenapa ketika di tanya kenapa memilih sambil kerja, hatiku seperti dihantam palu, dan selalu ada mendung dimataku, dan itu sakit sekali. “Kemarin tes tahap awal lulus? “Alhamdulillah bang lulus. “Ohh.. langsung bahas jam kerjanya ya?? Bang Farid spertinya sangat disiplin. “iya bang.. “kerjanya satu minggu empat hari senin, selasa, rabu, dan kamis, mulai dari jam 06.00 sampai jam 03.00. mengenai gajinya sehari 200 ribu, dan itu langsung diberi saat selesai kerja, jika anda terhitung telat tiga kali, anda langsung saya pecat, bagaimana?? Wahh ternyata bang farid tidak hanya disiplin, sangat tegas sekali, seketika aku teringat ayahku, beliau orangnya sangat telaten benar-benar disiplin dan bertanggung jawab. “Iya bang, aku mengangguk pelan, “apakah anda keberatan Furqon? “Tidak bang Insa Allah dengan senag hati saya menjalankanya nanti. “Ok bagus kalau begitu Furqon. Al.hamdulillah terima kasih YA ALLAH. Aku mendesir dalam hati, semoga aku bisa membagi waktu, lalu ku teringat pesan ayah, kita harus bisa mengendalikan waktu bukan waktu yang mengendalikan kita. “Ngomong-ngomong tes tahap kedunya kapan?? “Minggu depan bang, “ohh minggu depan to.. sialahkan di minum tehnya, maaf ya cuman ini yang bisa bang farid sugukan, “alahh bang Frid biasa ajalah, Mamat dengan wajah yang kesal, sepertinya dia gak mau kalau cuman di suguhin teh, jawabannya bohong sekali, bilangnya biasa aja tapi hatinya lain, gak terima kalau cuman teh. hahaha,dasar temanku. Tepat pukul lima sore akhirnya aku dan Mamat pamit pulang, “bang kita pulang dulu ya? “Ohh iya silakan hati-hati di jalan. “Gak perlu di antarkan? Dah tau jalannya kan? “Alahh bang Farid gitu bangat sih, emang kita anak kecil, perlu diantar segala. “Hahaha bang Farid dengan tertawa lepasnya sambil menutup pintu rumahnya. Mamat dengan ekspresi yang sangat datar, rupanya dia masih kesal, hanya karena cuman dusuguhin teh. Tiga hari berlalu, aku sukses bekerja, dan uang yang kumiliki sekarang enam ratus ribu, jatah selama tiga hari ini. Dua hari lagi tes masuk yang ke duanya. Aku kembali mulai latihan lari pagi, lari siang, dan berbagai olahraga untuk lebih berstamina. Insa Allah tak pernah ku meninggalkan shalat, karena itu adalah pesan terakhir kedua orang tuaku, saat di pelabuahan. Akhirnya hari untuk tes yang kedua itu datang juga. Tes kedua ini berupa tes kesehatan. “Muhammad Furqon, aku melangkah masuk ketika namaku disebut. Bismillah. Esoknya pengumuman untuk tes yang ke dua ini, Al. Hamdulillah aku lulus. Hari-hari berlalu. Dan kini ku menyadari bahwa hidup bukan hanya kita telah terlahir dari rahim ibu kita, dan akan berakhir di liang kubur, tapi hidup itu sebuah sinetron yang memiliki episode terbanyak, yang di bintangi oleh seluruh makhluk bumi, dan di shuyting oleh makhluk Allah yang di ciptakan dari cahaya, yaitu malaikat- malaikat. Di mana dia selalu menyoroti, setiap episode kehidupan, apakahkah peran kita sesuai dengan skenario yang telah di tetapkan Allah, melalui Rasul-Nya dan kitab-kitab-Nya. Atau sebaliknya. dan sekarang kita memilih mengikuti skenario yang telah di tetapkan, atau menciptakan skenario baru. Karena akan tiba masanya sinetron yang kita perankan selama ini, akan di putar dan akan di seleksi oleh sang juri yang paling benar dan adil yatu Allah SWT, untuk mendapatkan penghargaan yang paling mulia berupa surga. “Ehh ngelamun apa coy???? Suara bentakkan Mamat membuatku kaget, sambil mulut mengunyah pisang goreng yang di belinya di warung depan, “ne makan pisang goreng ne?? Dengan nada Lembata yang kedengarannya sentak-sentak, mengulurkan pisang goreng kearah ku. “Makasi coy Insa Allah hari ini aku saum alias puasa. Dengan wajah nyengir “ohh iya pak ustaz, maaf. aku tersenyum tipis. Duduk di kursi sambil memandang hamparan kota Kupang yang begitu panas, sana sini yang hanya terlihat batu karang, panas sekali, seketika bayangan wajah-wajah orang yang paling berharga bapak, ibu, kedua adikku tercinta memenuhi alam fikiranku. Aku menghela nafas panjang, dua minggu sekali Hizbullah menelfonku, tapi dalam dua minggu ini, mau masuk minggu yang berikutnya Hizbullah belum menelfonku. Ada apa ya?? Aku bertanya dalam hati, dalam percakapan minggu kemarin katanya semuanya sehat-sehat. Al. Hamdulillah. 24 jam sehari semalam, tidak terasa sekarang memasuki tes yang ke lima, berupa psiko tes, setelah melalui beberapa tahap tes, yaitu tes ketiga berupa JAS, yaitu jasmani dan kesehatan. Tes tahap ini, matahari terus melantunkan lagu suci untukku, Al. Hamdulillah namaku terdapat di daftar masuk. Setelah tes tahap ke tiga ini, ada tes tahap ke empat berupa MI, yaitu tes wawancara. Tes tahap ini matahari juga terus melantunkan lagu suci untukku, dan rembulanpun menari untukku, aku tesenyum dalam mimpiku. Kerja di bengkel bang Farid pun lancar, malah di naikan gajinya sehari jadi 250.000. tapi kenapa Hizbullah belum menelfonku, saat terakhir dia menelfonku, seharusnya udah dua kali dia menelfonku kembali. Aku ingin menyampaikan kabar baik ini. Al. Hamdulillah. Muhammad Furqon, namaku pun di panggil oleh sang juri, aku melangkah masuk Bismillah. Agak sediki sulit tes psiko ini, tapi semuanya bisa berjalan lancar. Tinggal bagaimana hasiknya nanti. “Hai coy, seperti biasa mamat selalu menggangguku, hari ini badanku terasa kurang enak. Seharian bekerja, panas, masih tegang dengan suasana tes kemarin, pilek lagi, sedikit pusing, lelah ini benar-benar membaluti fisikku. Sebenarnya tiap hari yang kulalui juga seperti itu bekerja seharian, berhadapan dengan benda-benda otomotiv, kotor, bau bensin, dan tidak heran pulang kos membuat kaget mamat yang bukain pintu untukku, karena pakaianku, wajahku, banyak hitam-hitam bekas oli. Tapi hari ini, badanku benar-benar merasa lelah. Setelah pukul 03.00 waktunya selesai bekerja aku langsung pamit pulang ke bang Farid, sepanjang perjalanan pulang aku seperti oarang yang mabuk, kepala terasa berat sekali, jalanan yang rata, aku melihatnya seprti jalan menuju perbukitan naik- turun. tiba di kos aku langsung shalat ashar, setelah itu aku istirahat, belum juga nyame lima belas menitan, ehh si Mamat dah betingkah di depanku, aku berusaha tersenyum menatapnya, kenapa coy?? “Gak sihh.. cuman mau bilang kalau shalat, jangan lupa do’akan aku juga supaya bisa lulus tes sampai tahap akhir. Jadi tentara donk he he he.. aku menghembus nafas pelan, mengucak-ngucak mata yang terasa perih. Do’a aja nitip, emang dia kira barang mau di titip-titip. Wahh bener-benar ya.. Al.hamdulillah tiba saatnya di penghujung tes, tes ke tuju berupa PANTOHIR, tes ini berupa tes tahap akhir yang merekap semua tes mulai dari tahap awal. Sebelumnya ada tes ke enam berupa tes KESEHATAN 2, dan ini merupakan ujung dari segala-galanya,. AKU TADAK LULUS karena tidak memenuhi persyaratan administrasi sebesar dua puluh juta. Aku benar-benar lemah tak berdaya, dari mana aku harus mandapatkan uang segitu banyak. Aku merasa dunia ini penuh dengan duri-duri, kemanapun arah gerakku itu terasa sakit dan menusuk. Sia- sia sudah usahaku selama ini, lelah bekerja, latihan, tapi tak berakhir dengan sukses. Malam itu terasa begitu sempit untukku, duduk tertunduk di serambi masjid sambil menempelkan tangan di wajahku, rapuh sudah mimpi-mimpiku, hatikku terasa sakit sekali, apalagi bayangan wajah kedua orang tuaku melintas di alam fikiranku. Aku teringat Mamat apakah dia lulus? Aku pun pulang ke kos. Ternyata Mamat sudah teriak- teriak, tertawa sendiri, dia mabuk dan dia juga tidak lulus di tes PANTOHIR ini. aku menghela nafas panjang, berkali-kali dia memintaku untuk ikutan minum, katanya bisa menyembuhkan kesediha ini. aku rasa aku harus menjauh darinya karena syetan akan mudah menggodaku, apalagi dalam keadaan yang seperti ini, aku kembali ke serambi masjid, aku benar-benar rapuh, hatiku remuk. Berjalan lunglai, ya Allah kenapa engkau tega sekali?? Esok paginya matahari belum setia menemaniku, aku masih dengan kesedihanku, aku belum berani untuk memberitahukan kabar ini ke orang tuaku, apakah sekarang aku harus memberitahunya ataukah nanti-nanti? Disaat yang sama dengan kebimbnganku, iba-tiba Hizbullah menelefonku, udah sekian lama aku menunggunya, kenapa di saat yang seperti ini dia menelfon ku? Dunia ini benar-benar di penuhi dengan duri-duri yang menyengat, gelaplah sudah apa yang ada di depan mataku. Hizbullah dengan suara gemetarnya memberitahuku bahwa bapakku sudah di panggil Allah, tadi malam tepat pukul 00.00. “Furqon-furqon.. fur fur.. Mamat mmenggilku, aku tersadar seketika mencium bau minyak kayu putih. “Aku kenapa? Tubuhku terasa sakit. Kamu pingsan fur, aku mencium bau lakohol dari mulut Mamat. Aku kembali menghembus nafas panjang, ayahku meninggal. Seketika aku teringat waktu di pelabuahan, kupeluk tubuh kurus itu. jangan lupa shalat itu pesannya. Wajah lelah ayahku, senyuman ayahku, semua ini terasa sakit sekali. Aku tidak berada di dekatnya ketika hembusan nafasnya yang terakhir. Esok harinya aku pulang, kebetulan hari itu ada jadwal kapal Ferri Kupang-Ende. sebelumnya aku sudah berpamitan dengan Mamat, wajahnya layu, dengan rambutnya kriting yang acak-acakkan, berusaha tetap tersenyum padaku. Jantung berdetak, kupeluk tubuh itu. walaupun Mamat sangat jauh dengan pengetahuan agama, karena mungkin kondisi lingkungannya. Tapi selama tinggal bersamaku dia mulai shalat, walaupun masih bolong-bolong. Tapi sayangnya dia kembali minum lagi, yang katanya cara ampuh untuk menghadapi kegagalan ini. maafkan aku sahabatku aku tidak bisa membantumu. Tapi kawanku kini orang yang paling aku cintai telah menemui-Nya, untuk kabar ini aku tidak memberitahu Mamat. Biarlah kesedihan ini larut dalam deraian air mataku. Maafkan aku juga bang Farid, aku pulang tanpa mamit padamu, terima kasih bang Faridku untuk pertolonganmu selama ini. Mamat memutuskan untuk mengantarku ke pelabuhan. Akhirnya kami berdua dengan menumpang bus menuju pelabuhan, matanya merah, wajahnya terlihat tegang, gak ada lagi wajah lucu di situ, kami hanya diam selama dalam perjalanan. Aku hanya menghembuskan nafas panjang, seharusnya aku pulang dengan membawa sejuta senyum untuk yang berharga dalam hidupku, keluargaku. Karena telah berhasil meraih mimpi ini. bapakku aku tau kamu tidak ingin mendengar kabar ini, anakmu gagal. Aku melap air mataku, sesekali Mamat melihat ke arahku. Tapi kenapa kamu harus pergi bapak?? Aku sangat merindukkan mu bapak. Haruskah aku tidak melihat wajah mu lagi? Ini terasa sakit sekali, duri ini benar-benar menusukku. Lima menit lagi kapal Ferri akan di berangkatkan, aku sempat bertanya padanya, apa yang harus di lakukannya setelah kegagalan ini?? hanya senyum jawabannya, sambil mengucak-ngucak mata merahnya. Kapal segerah mundur dari pelabuhan hanya lambaian tangan buat sahabatku itu. perjalan ini terasa sakit sekali. Di rumah suasana duka masih menyelimuti, aku tak kuasa menahan tangis, melihat wajah ibuku, dan kedua adikku “ bapakmu telah pergi nak” suara ibuku serak, dalam dua hari ini dia selalu menangis. Menangis karena kepergian suaminya, juga karena kegagalanku. Ibuku sudah tahu kalau aku gak lulus, yang katanya lewat mimpi-mimpinya, lewat rasa. Aku hanya tertunduk diam, “ maafkan aku ibuku”. Sore itu aku pergi ke pemakaman bapakku, suasananya terasa sepi hanya terlihat penjaga kubur di situ. Ku pegang nisan bapakku ”maafkan anakmu”. Mungki hanya kata maaf dariku, aku telah memberi sejuta harapan untuk yang berharga dalam hidupku, mungkin kalian akan tersenyum bila mengingatku, karena itu sebuah rasa bangga padaku, maafkan aku, hatiku terasa sakit sekali, air mataku menetes di nisan bapakku. Hari berlalu, semua kembali keaktifas masing-masing, pagi-pagi Hizbullah dan Salim berangkat sekolah, ibu berangkat ke pasar. Suasana desa tidak jauh berubah setelah kepergianku. Aku diam, menghembuskan nafas panjang. Kini ibuku jualan sayuran di pasar. “apa yang harus aku lakukan? Bertanya dalam hati dan menghembuskan nafas panjang. Semnggu berlalu, tiga minggu berlalu ternya udah dua bulan aku di ruamah. Apa yang harus aku lakukan??? Pertanyaan ini selalu menghantuiku. Akhirnya aku memutuskan untuk kerja, “ tapi di mana aku harus kerja”?? ini benar-benar menusukku. Akhirnya malam itu aku memutuskan untuk kembali ke Kupang, “mencari kerja” di sini aku benar-benar menganggur. Ibu menytujui, kedua adikku, mareka hanya iya-iya aja. Semuanya terserah padakku. Dan malam itu juga aku langsung packing-packing. Esoknya aku harus langsung berangkat ke Kupang “mencari kerja” bukan “meraih mimpi” aku tersenyum sendiri, ini benar-benar menusukku. Pagi ini setelah sarapan aku langsung berangkat ke pelabuahan, ibu udah ke pasar, Salim dan Hizbullah udah berangkat sekolah. Gak ada lagi suasana antar mengantar, gak ada lagi suasana rame di pelabuhan, gak ada lagi suasana pelepasan yang indah. Ini benar-benar menusukku. Kapal segerah mundur dari pelabuhan, selamat tinggal keluargaku, selamat tinggal kota Endeku, selamat tinggal desaku. Selamat “datang mimpiku”ehh bukan coy selamat “mencari kerja” aku tersenyum sendiri, sambil melap air mataku. Ini benar-benar menusukku. Kota kupang ini, benar-benar kota harapan, harapan mengenai tujuan masing-masing. Aku ke alamatku kemarin, kamarku masing kosong, syukurlah biar aku tetap di sini, gak perlu cari kos lain. Tapi Mamat gak ada lagi, selama aku di rumah gak ada kabar dari Mamat. Aku menghembus nafas panjang. Aku langsung ketempatnya bang Farid, gak ada lagi, aku gak bisa kerja lagi, udah ada yang menggantikan diriku. Duhhh aku menghmbuskan nafas panjang, gak ada Mamat, biasanya Mamat paling tau informasi kerja. Aku kembali ke kos, menatap langit-langit kos, duri ini sakit menusukku. Esok harinya aku mencoba melamar di kantor-kantor, wahh gak ada yang mau menerima ijazah SMA. Aku mencoba ke toko-toko, ke bengkel, restoran, aduh benar-benar gak ada. Aku menghembus nafas panjang. Bahkan mau jadi tukang kebunpun di tolak, udah ada orang. Aduhh gimana ini?? seharian berjalan mondar mandir, di bawah kota kupang yang sangat panas sekali. Aku kembali ke kos, menatap langit-langit, wahh wahh ini benar-benar menusukku, samai kapan duri-duri ini berhenti menusukku?? Di mana lagi aku harus mencari kerja? Ya Allah kapan engkau mendengar do’a di sepertiga malam terakhirku?? Keluargaku aku merindukan kalian. Gimana aku harus bayar kos ini bulan depan, dari mana uangnya? Esoknya aku memutuskan untuk di kamar saja, lelah sudah kaki ini mondar mandir, dari kantor yang satu, ke kantor yang lain-lainnya lagi, dari toko yang satu ke toko-toko yang lainnya lagi, dari benkel yang satu ke bengkel-bengkel yang lainnya lagi. Semunya gak menerimaku. Bersujud pada-Nya di shalat duhaku, brilah kemudahan padaku. Aku duduk di jandela, melihat hamparan kota kupang yang begitu panas, sepanas hatiku saat ini, sambil meliha bang Jaru bersiap-siap entah mau keman?? “Kemana bang?? “ke pelabuhan.. hanya menjawab singkat. Bang Jaru adalah tetangga kamarku. Aku bepikir sejenak ngapain ke pelabuhan ya? Kok setipa hari ke pelabuhan?? Pukul 18.00 bang jaru pulang, aku memutuskan untuk bertanya padanya. Aduhh ternyata bang Jaru jadi buruh pelabuan. Mangangkat barang-barang penumpang yang turun, ataupun yang naik. Malam itu aku memikirkan apakah aku harus menjadi buruh pelabuhan juga?? Aku menghembus nafas panjang, duri ini benar-benar menusukku. Esok paginya, aku memutuskan untuk ikut bang Jaru ke palubahan. Mungikin inilah pekerjaanku. Banyak kapal- kapal transit di sana, kapal ransit dari Surabaya, Sumba dan lain sebagainya. nanti pukul 09.00 kapal KM AWU menuju Surabaya. Banyak sekali penumpangnya. Aku dan bang Jaru mulai beraksi, menawarkan kepada penumpang yang naik, dan yang turun, supaya bisa mengangkat barang bawaannya, berdesak-desakan dengan penumpang di bawah panas kota kupang, di bentak-bentak oleh nahkoda kapal, di tarik-tarik, mengakat barang penumpang yang sangat berat, mungkin isinya besi. Aduh ini benar-benar menusukku. Kapal lima menit lagi mau di berangkatkan, aku masih dia atas kapal, dengan membawa barag penumpang, berdesak-desak di tangga kapal dengan penumpang yag turun. Awak kapal mulai menarik tangan penumpang satu persatu di tangga turun. Aku hampir saja terjatuh di laut saking kencang tarikkannya. Wahh ini benar-benar menusukku, durinya semakin tajam saja. Pukul 18.00 aku dan bang Jaru pulang, lelah sekali sangat lelah. Istrahat hanya untuk shalat dan makan. Tiga bulan berlalu, sangat berat pekerjaan ini, tidak kenal lelah, sakit. Harus tetap bekerja agar bisa hidup. Badanku semakin hitam saja, karena setiap hari langsung terkena terikan matahari, sehabis shalat maghrib, aku langsung tilawah, tiba-tiba ada panggilan masuk, aku melihat ponselku. Hizbullah, aku tersenyum senang. Katanya satu bulan lagi dia akan mengikuti ujian Nasional, minta do’a dariku. Ibu dan Salim semuanya sehat-sehat. Salim juga katanya setelah dia ujian, Salim akan mengikuti UAN, masuk SMP. Wahh wahh kedua adikku tersayang. Aku tertawa sendiri, sambil melap air mataku Tiba-tiba aku teringat masa-masa SMA, ingat teman-teman SMA apa kabar mareka semuanya?? Sudah lama saya tidak berhubungan dengan internet, biasanya di Face book banyak foto teman-teman. Foto-foto lucu masa SMA. Aku ingin melihatnya. Akhirnya sehabis shalat isa aku langsung ke warnet, gak begitu jauh dari kosku, kalau jalan sekitar lima menitan. Aku langsung membuka face book, juga mencari informasi-informasi, siapa tau ada lowongan kerja. Hehe aku tertawa sendiri melihat foto teman-teman. Kembali melihat informasi, aku membacanya berulang-ulang, ada beasiswa S1 di Universitas Muhammadiyah. Pembukaan pendaftarannya mulai minggu depan, satu minggu stelah penutupan pendaftaran langsung tes di kampus Muahammadiyah Kupang. Aku harus mengikuti tes ini siapa tahu nasib baik berpihak padaku. Aku tersenyum. Esoknya bang Jaru harus pergi sendiri ke pelabuhan, aku mulai mengurus-ngurus persyaratan, mengikuti tes, dan langsung ke kampus Muhammadiyah untuk mendaftar. Jantungku berdetak kencang, melihat mahasiswa-masiswi bertas, bersepatu, wajah mareka seakan bertuliskan intelek, aku tersenyum sendiri. Pantaskah diriku berada disini??? Sedangkan duri-duri hidup selalu menusukku. Tibalah saatnya tes. Setelah satu minggu penutupan pendaftaran. Kembali ke kampus, kembali melihat orang-orang intelek itu. aku berpakain serapi mungkin, agar terlihat beda, bukan pergi kepelabuhan. Bismillah ya Allah, aku membuka lembaran awal soal tes. Aduhh yang daftar hampir seribu orang dari berbagai propinsi, yang di terima hanya hanya lima puluh orang untuk tiap-tiap propinsi, aku menghembus nafas panjang. Yahh semoga aja nasip baik menghampiriku. Biar bisa menumpulkan duri-duri tajam ini. Malam itu aku kembali ke warnet, kembali melihat informasinya, ternyata dua hari lagi mengumannya. Aku menghembus nafas panjang, ya Allah. Pulang dari warnet aku langsung istirahat. Sehari setelah tes kemarin aku langsung kembali ke aktifitas pelabuhan. Jadi malamnya harus istirahat awal. Akhirnya dua hari yang di nanti-nantikan itu datang juga, malamnya aku kembali ke warnet, bismillah mengetik namaku, nomor peseta tes ku. Ya Allah, NAMA DAN NO. PESERTA YANG ADA DI BAWAH INI DI NYATAKAN DI TERIMA. Aku menyeka mataku ini nyata, bukan mimpi. Aku kembli ke kos, sujud syukur pada-Nya. Antara bahagia dan terharu. Aku akan menjadi mahasiswa, aku akan tinggal di Jawa. Karena aku di tempatkan di Muhammadiyah Solo Sukarakarta. Aku tesenyum sendiri. Malam ini aku harus mengemas pakaianku, aku harus pulang ke Ende besok, sebelum berangkat ke Jawa. Aku harus berpamitan sama ibuku, dan kedua adikku. Cuman dua hari aku di rumah, ibuku dan adikku sangat bahagia. Kembali aku menumpang kapal Ende-Surabaya. dari Surabaya, aku langsung ke Solo, ke alamat yang dituliskan. Pejalanan ini sangat melelahkan tiga hari aku berada di kapal. tapi kebahagiaan ini bisa mengusir lelahku selama ini. Sehari setelah tiba, aku langsung mengurus pendaftaan, dan administrasi lainnya, semuanya gratis. Ada asrama khusus untuk mahasiswa yang mendapat beasiswa ini, jadi aku gak usah bayar kos lagi. Aku tersenyum sendiri. Aku mencoba mengingat wajah itu, tapi penampilannya sangat beda, wajah putih, berbaju kokoh, berkopiah, dan bersarung. Penampilan ala ustadz, dia tersenyum padaku, sambil mendekatiku. “assalamualaikum” aku menjawab salam sambil mentapnya dalam-dalam “waalaikumusalam” HAHH MAMAT??? 

 Hidup ini dipenuhi oleh cakrawala, yang penuh dengan rembulan dan bintang-bintang, dan duri- duri suci, karena hidup ini bermula dari alam kandungan tapi tidaklah berakhir di liang kubur. Terima kasih bintang dan rembulan, dan duri-duri suci yang selalu menemani hidupku. Juga matahari yang tak pernah bosan meantunkan lagu suci untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar