"kau mau mendengarkannya ndung?"
iya lin, apapun yang ingin kau katakan, katakan saja!"
"ndung, kenapa kau ada di kota yang lain?"
"lin, yang lain lebih membutuhkanku, mereka lebih kering hati kotanya dan tak mau tahu. kau lin, segersang apapun kotamu, kau tetap berusa bangkit kan?"
"iya ndung, tapi sama saja bagiku, aku tetap menjadi pembohong"
liiiin, pembohong??? maksud kamu apa?"
nduuung, aku adalah seorang pembohong, aku telah membohongi babaku, teman-temanku, dan bahkan orang yang baru saja lewat dan berpapasan denganku saat itulah aku juga telah membohongi orang itu nduung. aku adalah pembohong yang mematikan. aku minta maaf, telah menjadikan aku sebagai temanmu, namun aku adalah pembohong."
aku terisak, dadaku sesak ingin aku berteriak sejadi-jadinya, tapi aku malu pada udara, katanya dia anak baru. aku juga kurang tahu, soalnya kemarin aku sama udara baru aja kenalan. dia cowok yang tampan. kata si bintang yang super cerewet itu, apalah aku lupa, apa yang dia katakan kemarin, usai aku sama udara berekenalan. bintang cewek, cowok sama saja cerewet. ya iyalalah mereka terlahir dari rahim yang sama.
"kenapa aku tiba-tiba ingat bintang, malas banget" kataku dalam hati. akupun kembali menatap mendung, walaupun hanya bayangannya saja. namun aku hanya diam tercengang, semuanya sesak, bayangan mendung tidak ada, dia pergi tanpa pamit.
saat itulah aku berteriak, aku tak sanggup lagi, semua orang telah menjauh dariku, aku adalah pembohong. tinggal menunggu waktu saja, diriku akan hancur berkeping-keping.
"akuuuuu pembohooooooooong" derai air mataku menetes dan tenggelam dalam tanah tanpa kata.
"aku sungguh munafik" kataku terbata-bata.
"hai lilin" suara lembut, yang menyenangkan.
aku segerah mengusap air mataku "hai udara" menduk malu. sekilas menatap bibirnya, dia tersenyum dan sungguh manis sekali.
"liiiiin kenapa menangis"
"aku gak nangis kok, serius udara" sambil mengangkat dua jadi.
"lilin, sedari tadi aku disini menemanimu, saat kau berteriak memanggil mendung, dan hanya bayangan menung saja yang datang".
"udara, aku harap kamu segerah pergi, aku adalah pembohomg, air mataku tertahan, sesak.
"liliiiin"
"pergiiiiii" teriakku kencang. sesaat kemudian sepi, hanya sepi.
aku pembohong, aku sudah bohong sama guru-gruku, teman-temanku, kakak semuanya, adek-adekku, dengan tampilan penuh dusta, dan mulut manisku. janji palsuku.
terakhir aku berjanji akan membelikan kakakku sekeluarganya baju kaos yang bertuliskan nama kotaku, aku juga berjanji untuk membelikan baju batik untuk teman sekelasku, aku juga berjanji akan mengirim naskah drama secepatnya pada adekku. semunya hanya janji belaka. tanpa alasan yang masuk akal, aku telah memberikan harapan palsu pada mareka semua. astaga.. aku begitu malu pada dunia.
malam ini, aku tak mau beretemu siapa-siapa, aku akan membakar diriku yang kata orang-orang lilin. semuanya akan sirnah.
"liliiiiiin aku ada untukmu" suara itu mengagetkanku, jantungku berdetak kencang" aku kenal suara itu.
"kita saling melengkapi" ada aku, pasti ada kamu" dia berkata lagi, air mataku membasahi pipiku. dalam hatiku berkata "aku pembohong, jangan dekati aku" namun semuanya sesak.
suara itu suara malam.
bersambung.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar